Wisata yang terletak di Desa Pattimpa, Kecamatan Ponre, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan sebuah destinasi wisata puncak Lima Jari untuk Warga Bone maupun di sekitarnya.
Mempunyai spot foto telapak tangan manusia yang dibuat dari akar pohon, kupu-kupu, pondok di atas pohon dan juga ayunan dari akar kayu yang berada di tebing yang memanjakan para pengunjung.
Puncak Lima Jari sebagai desatinasi wisata dibentuk tanggal 1 September 2017 lalu, bertepatan dengan Idul Adha 10 Zulhijjah 1438 Hijriah.
Salah satu pengujung ditemui dilokasi Muh. Ikhsan Akbar warga Bajoe mengakui datang ditempat wisata ini karena melihat keindahan puncak Lima Jari lewat postingan medsos.
“saya penasaran melihat postingan di medsos sampai bisa berada ditempat ini. Sebelumnya hanya mendapat informasi dari teman, waktu itu teman saya berkujung kesini dia post di media sosialnya dalam fotonya itu saya liat tempatnya menarik dan bikin saya penasaran dan akhirnya saya sempatkan kesini melihat langsung,” ujarnya saat ditemui.
Selain menjadi tempat wisata, Puncak Lima Jari ini juga banyak warga dari luar Kabupaten Bone yang menjadikan tempat tersebut sebagai tempat camp maupun tempat spot foto praweding.
“Saya bersama teman-teman dari Kabupaten Sinjai melakukan Camp di puncak, melihat keindahan puncak Lima Jari tepat dilakukan Camp apalagi adanya penerangan sehingga aktifitas dimalam hari tidak terbatasi, yang membedakan dengan destinasi wisata yang lain puncak ini akses jalan yang mudah”.
Menurut informasi yang di dapatkan Puncak Lima Jari mempunyai ketinggian kurang lebih 500 meter dari permukaan laut (MDPL) ini, yang pelopori pemuda setempat yang tergabung dalam ornganisasi kepemudaan Petta Makkita Walie.
Para pengunjung yang ingin ke lokasi Puncak Lima Jari hanya menempu perjalanan bersekitar 20 menit atau 26 kilometer, dari pusat Kota Watampone.
Askar pengeloh tempat wisata tersebut, mengakatakan awal dibentuknya objek wisata Puncak Lima Jari itu, sebelumnya mereka bersama pemuda setempat melihat keadaan di sekitar dengan berinisiatif membuat wisata puncak tersebut.
“Tempat ini dibangun dengan dana dari swadaya masyarakat dan dikelolah oleh pemuda setempat. Sebagai pemasukan selama di buka tempat ini mencapai Rp. 2.000.000 hingga Rp. 3.000.000 perbulan namun dananya juga dipakai untuk perawatan tempat ini”.
Iya mengatakan menamai wisata puncak lima jari itu dengan dengan pertimbangan nilai filosofis didalamnya.
“Kami menyediakan pengujung 6 unit Spot berfoto, selain itu tempat ini juga kami tawarkan untuk pengujung ingin berkema disni ada kita sediakan listrik dan air, untuk tarif kendaraan hanya Rp. 5.000”.