LISTINGNUSANTARA.COM, SINJAI— Alkisah di sebuah daerah di sulawesi selatan sedang menjadi perhatian pemikiran publik dengan penampakan sejumlah sosok pemimpim yang terlihat merakyat sehingga menyimpan kesan kedekatan dengan masyarakat
Beberapa pemberitaan baik itu dimedia sosial, dengan sengaja disebarnya berbagai foto atau gambar sosok pemimpin yang terkesan merakat.
Hal tersebut mendapatkan tanggapan tersediri oleh salah satu pengamat politik sosial Muh.Sudri dengan berbagai paradigma atau pandangan yang diulas menurutnya bahwa guna untuk meraih simpatik masyarakat
Tentulah tidak cukup dengan sikap dan gaya yang seakan dibuat buat agar terlihat dekat dengan rakyat atau dengan skenario skenario yang sudah disusun rapih agar menampakkan sikap terkesan merakyat, karena itu hanya akan menciptakan kesan kemunafikan dan pembodohan buat rakyat dengan jangka panjang
Ini bukan kali pertama menurut Sudri. Sebelumnya, sejumlah rakyat menjadikan ukuran penglihatannya untuk dijadikan dasar menilai seseorang, dengan cara itu dimanfatkan oleh segelintir pemimpin untuk menipu rakyatnya sendiri untuk meraih simpati.
“Secara tidak sadar, jika ada pemimpin seperti itu maka jelas hanya kemampuannya sebatas untuk menipu rakyat itu sendiri, karena untuk menjadi pemimpin itu tidak dengan cukup kelihaian untuk mendapatkan perhatian rakyat itu sendiri, tetapi pemimpin itu sangat dibutuhkan ilmu dan kecerdasan serta keseriusannya menciptakan kebijakan yang betul berpihak kerakat dan rakyat itu sendiri terbukti menikmatinya”ungkap Sudri
Berbagai aksi sebelumnya membuah heboh media massa dan menuai perdebatan di sosial media. Ada yang menilai tindakan sosok pemimpin dengan mencontokan “seperti menerima pengunjuk rasa dengan gaya duduk bersama untuk mendapatkan kesan agar tercipta sebuah potret pemimpin merakyat dan sederhana.
“Itu hanya akan menampakkan kesan buruk bagi masyarakat itu sendiri, dimana publik sekarang sudah jenuh dengan lakonisasi pejabat negara karena sekarang banyaknya pemimpin yang terlihat merakyat dengan lahirkan kebijakan tidak pro kerakyat” terangnya
Sudri menjelaskan bahwa tidak perlu berdebat soal aksi dan sederet gimmick yang dilakukan oleh para pemimpin namun pemimpin yang berpenampilan merakyat bukan berarti kinerja kepemimpinannya otomatis pro kepada rakyat. Dan untuk menilai keberhasilan seorang pemimpin bukanlah diukur dari penampilannya, melainkan dari produk kebijakannya dan keberpihakannya kepada rakyat.
“Kita mengambil contoh kongkritlah disulawesi selatan, yakni salah satu kabupaten kecil yang memiliki 9 kecamatan kabupaten sinjai dimana tentu dengan luas wilayah itu hanya dapat menciptakan pendapatan daerah yang terbatas, tetapi karena kemahiran dan kecerdasan pemimpinnya sehingga sejumlah kebijakan dilahirkan betul betul dirasakan oleh rakyat itu sendiri, contoh, layanan publik yang gratis, layanan kesehatan yang gratis, biaya pendidikan dibantu serta perhatian terhadap kesejahteraan tokoh agama, dan semua terbukti, dilakukan oleh kebijakan yang dilahirkan oleh pemimpin daerah itu nah ini bukti pemimpina dimana terlihat tidak merakyat tapi isi kepala dan niatnya pro rakyat”ungkapnya
Selain itu menurut Sudri Kita terlalu jauh menambil contoh Bung Karno. Dia tidak hanya dikenal sebagai proklamator Indonesia. Tapi juga dikenal dengan gaya hidupnya yang modis, elegan dan nyentrik.
Kacamata hitam, peci hitam dan kolektor mobil antik begitu identik dengan dia. Secara penampilan dia terlihat tidak merakyat tetapi coba kita lihat isi kepala, kebijakan dan warisannya selama berkuasa. Soekarno begitu gigih memperjuangkan kemerdekaan dan mempertahankan kedaulatan Bangsa. Dia ingin Indonesia mandiri secara ekonomi.
“Dengan sederet fakta yang kita ketahui bahwa Kabupaten Sinjai yang dimpin oleh Andi Seto Asapa salah satu daerah kabupaten yang paling tertinggi mendapatkan kepercayaan oleh pemerintah pusat mendapatkan dana DAK yang tertinggi di sulawesi selatan dan juga mampu meningkatkan perekonomian masyarakatnya ditengah badai pandemik covid 19,dengan berbagai program yang patut dicontoh beberapa kabupaten lainnya”tegasnya.
kemudian ditutup Sudri, dengan kondisi saat ini,rakyat kita sudah mulai pintar dan tidak mudah ditipu dengan beberapa skenario skenario yang hanya dijadikan dasar penglihatan yang menarik tetapi rakyat butuh kerja nyata dari pemimpin itu sendiri (*)